Sukses diperguruan tinggi (part I) . What is problem solving ?
A. Pemecahan masalah (problem solving)
1. apa itu problem solving?
pemecahan masalah menyangkut diambilnya suatu tindakan korektif untuk menutup kesenjangan masalah dengan menghilangkan atau memindahkan penyebab masalah. oleh karena itu ,untuk mencapai pemecahan yang tuntas diperlukan identifikasi semua penyebab dari masalah. identifikasi dari masalah ini antara lain meliputi ; mencari informasi yang dibutuhkan dari masalah yang dihadapi , opsinya, konsekwensinya, positif dan negatif, dan faktor yang berpengaruh didalamnya.Walter A.Shewhart mengatakan bahwa problem solving merupakan siklus proses yang terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu: rencana (plan), melakukan(do), memeriksa(chek), dan aksi (act). rencana merupakan proses untuk mendefenisikan dan mengidentifikasi solusi potensial dari masalah. apa yang dilihat, itulah kekuatan masalah yang sebenarnya dari simtom. tahap perencanaan kemudian diperkuat tahap melakukan, yaitu mengimplementasikan berdasarkan rencana yang telah dibangun . tahap memeriksa dilakukan dengan melihat hasil perubahan yang bersifat kekal dan melakukan perbaikan pengukuran. aksi merupakan tahap terakhir yang dalam implementasinya orang yang memecahkan masalah terdiri dari 3 (tiga) model, yaitu;1 orang yang tidak melakukan apapun, 2.orang yang membuat penyesuaian minor,3. orang yang membuat penyesuaian mayor.
2. mengapa problem solving diperlukan ?
Dalam setiap denyut hidupnya manusia tidak akan pernah lepas dari masalah. hanya saja, besar dan kecil, rumit dan sederhana, penting dan tidak penting masalah dari masing-masing orang sangat bervariasi dan bergantung dari bagaimana keterampilan seseorang mengelola masalah dan keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan sebuah masalah . masalah dapat dipahami sebagai suatu kesenjangan yang tidak diinginkan antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual dari sesuatu yang dianggap penting. penyebab masalah itu sendiri bisa jadi sesuatu yang diketahui atau sesuatu yang tidak diketahui . masalah dapat dievaluasi berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kompleksitas solusinya. penting tidaknya suatu masalah ditentukan oleh biaya (finansial ataupun non finansial) yang akan muncul jika masalah tetap tidak dipecahkan. komplek sitas tergantung pada jumlah variabel yang saling terkait dan ketertarikan pada solusi yang kemungkinan akan diterapkan. suatu kelompok akan terlibat dalam pemecahan masalah manakala masalah itu memang cukup penting, dan jika jelas diketahui bahwa masalah tersebut tidak dapat dipecahkan oleh satu orang saja. sebaliknya, masalah yang dianggap tidak penting tidak perlu investasi bentuk aktivitas pemecahan masalah secara kelompok. Allah SWT menciptakan manusia dengan menawarkan pilihan dalam menghadapi tantangan, setelah manusia dibekali akal dan naluri yang bersifat fitri. islam mewajibkan umatnya untuk menggunakan pikiran dalam mengahadapi tantangan tersebut. dalam konteks psikologi , hal itu diinterpretasikan dengan problem solving.
3.bagaimana problem solving secara sistematis
sebagaimana telah diuraikan diatas, problem solving merupakan siklus proses yang terdiri dari 4 tahap yaitu : (plan) renacana, melakukan (do), memeriksa (chek), dan aksi (act). skematisasi yang dapat digambarkan untuk lebih dapat memahami problem solving sebagai berikut :
PLAN : 1. identifikasi masalah dan koleksi data
2. analasis data : affinizing (persamaan)
multivoting (pemutusan/ memilih)
3. evaluasi data dan seleksi solusi-solusi potensial
matriks potensial
4. pengembangan action plan untuk implementasi
DO : 5. implementasi solusi
CHECK : 6. Hasil evaluasi
ACT : 7. membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pemecahan masalah
beberapa penelitian dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis dan sosio- psikologis terhadap proses pemacahan masalah. manusai yang kurang tidur mengalami penurunan kemampuan berfikir begitu pula apabila ia terlalu lelah. faktor-faktor sosio-psikologis misalnya:
a. motivasi , motivasi yang rendah mengalihkan perhatian sedang motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas.
b. kepercayaan dan sikap yang salah, asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. bila kita percaya bahwa kebahagaiaan dapat diperoleh denga kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita. kerangka tujuan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah. sikap yang defensive, (misalnya, kurang kepercayaan pada diri sendiri) akan cendrung menolak informasi baru, merasionalkan kekeleriuan dan mempersukar penyelesaian.
c. kebiasaan, kecendrungan untuk mempertahankan pola berfikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari suatu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efisien.
d. emosi. emosi mewarnai cara berfikir kita. kita tidak pernah dapat benar-benar berpikir obyektif. sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. sampai disitu, emosi sudah mencapai intensitaas yang begitu tinggi sehingga menjadi stres, dan kita menjadi sulit berfikir efisien.
"takut mungkin melebih-lebihkan kesulitan persoalan dan menimbulkan sikap resah yang melumpuhkan tindakan, marah mendorong tindakan impulsive dan kurang dipikirkan dan kecemasan sangat membatasi kemampuan kita melihat masalah dengan jelas atau merumuskan kemungkinan pemecahan" (Goleman, 1974)
sumber:
Sukses diperguruan tinggi sosialisasi pembelajaran diperguruan tinggi bagi mahasiswa baru UIN sunan kalijaga ,CTSD,yogyakarta.