Pesan sang Guru untuk armada masa depan
Santriku…semoga tatkala pesan-pesanku ini mulai kau baca, hatimu masih
benderang dengan cahaya rahmat Ilahi, hingga tak ada sebutir debupun
melekat di hatimu, menutupi nuranimu untuk menerima secercah cahaya ini.
Santriku…ketahuilah! Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di seluruh
jagat raya ini sudah diatur secara tertib oleh Allah. Tebarkanlah
pandanganmu maka akan kau saksikan betapa indahnya paduan gunung,
lembah, dan ngarai serta luasnya bentangan samudera. Juga matahari,
bulan, bintang dan sejumlah gugusan planet lainnya, semua begitu indah
dan tertib, tertata sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Maka, hendaklah
manusia berusaha supaya menjadi tertib, dalam karsa, rencana, dan atau
kehidupannya. Dan janganlah sekali-kali mencoba untuk memaksakan tertib
programmu pada Allah. Sebab,jika kau lakukan itu, maka yang akan kau
dapati hanyalah keresahan, pahitnya kekecewaan, pedihnya kehancuran,
kecongkakan dalam kebodohan, kesombongan atas kesintingan dan kebanggaan
lantaran kegilaanmu atau sebaliknya berlagak jagoan ekstra superiority
atau bertampang cakil menjual pepsodent. Dan penyakit inilah yang banyak
melanda manusia di abad modern ini.
Santriku…seiring
perjalanan waktu, suatu saat nanti kau akan meninggalkan pondokmu ini
untuk terjun ke tangah-tengah kehidupan masyarakatmu kelak, berbaur
dengan aneka ragam pola kehidupan. Harapanku, pandai-pandailah kau
membawa diri berbuat baik di bumi mana kakimu berpijak. Selama ini aku
memang menyaksikan bahwa kau telah berbuat baik, mentaati segala petuah
dan nasehat kyaimu, menjalankan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya, namun yang aku khawatirkan adalah, jika kau berbuat semua
kebajikan itu hanyalah di tengah-tengah milliu yang baik saja, sementara
ketika kau telah terjun ke dalam milliu yang berlainan, jadi berubah
keadaannya. Padahal, berbuat baik itu harus bisa kau lakukan di manapun
dan kapanpun. Pada saat itulah kepribadianmu akan diuji, dan di situlah
kepribadianmu akan dipecat atau dipertahankan oleh dirimu sendiri atau
oleh masyarakatmu dengan segala norma-normanya. Itulah yang paling aku
khawatirkan. Aku takut jika derasnya gelombang kehidupan di masyarakatmu
kelak akan menyeret dan menjerumuskanmu ke lembah nista. Telah kau
sadari bahwa orang baik yang bertempat sampah sekalipun akan berjasa dan
mulia karena ia telah menyingkirkan sampah yang mengganggu masyarakat.
Namun sebaliknya, orang yang jahat sekalipun bertahta di tempat
terhormat ia adalah perusak dan pengacau masyarakat. Karena ia
sebetulnya adalah sampah.
Santriku…ketahuilah, bahwa kini, di
abad modern ini, setan-setan dengan segala bentuk dan macamnya telah
bergentayangan di mana-mana dan untuk berkawan dengan mereka, kau tak
perlu belajar ataupun berlatih. Dan godaan setan itu sungguh akan
memikat hatimu. Ia tidaklah akan berhenti pada sasaran tertentu,
golongan tertentu, dan juga waktu serta tempat tertentu. Maka
berhati-hati dan waspadalah santriku terhadap itu semua. Janganlah
sekali-kali kau mengira bahwa tingginya ilmu dan jabatan seseorang akan
sekali tinggi pula godaan dan rayuan setan itu. Kyai dan ulamapun tak
terhindar dari obyek dan setan-setan.
Santriku… kuharap kau tak
hanya bisa menerangi dirimu sendiri, tapi kau juga bisa menyinari
ummatmu dengan cahaya yang memancar dari ilmu-ilmu itu. Karena
sesungguhnya tiadalah berguna ilmu seseorang itu jika tak dimanfaatkan
bagi dirinya dan ummatnya. Do’aku semoga kau memahami seuntai
pesan-pesanku ini. Amien .
Santriku…semoga tatkala pesan-pesanku ini mulai kau baca, hatimu masih benderang dengan cahaya rahmat Ilahi, hingga tak ada sebutir debupun melekat di hatimu, menutupi nuranimu untuk menerima secercah cahaya ini.
Santriku…ketahuilah! Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di seluruh jagat raya ini sudah diatur secara tertib oleh Allah. Tebarkanlah pandanganmu maka akan kau saksikan betapa indahnya paduan gunung, lembah, dan ngarai serta luasnya bentangan samudera. Juga matahari, bulan, bintang dan sejumlah gugusan planet lainnya, semua begitu indah dan tertib, tertata sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Maka, hendaklah manusia berusaha supaya menjadi tertib, dalam karsa, rencana, dan atau kehidupannya. Dan janganlah sekali-kali mencoba untuk memaksakan tertib programmu pada Allah. Sebab,jika kau lakukan itu, maka yang akan kau dapati hanyalah keresahan, pahitnya kekecewaan, pedihnya kehancuran, kecongkakan dalam kebodohan, kesombongan atas kesintingan dan kebanggaan lantaran kegilaanmu atau sebaliknya berlagak jagoan ekstra superiority atau bertampang cakil menjual pepsodent. Dan penyakit inilah yang banyak melanda manusia di abad modern ini.
Santriku…seiring perjalanan waktu, suatu saat nanti kau akan meninggalkan pondokmu ini untuk terjun ke tangah-tengah kehidupan masyarakatmu kelak, berbaur dengan aneka ragam pola kehidupan. Harapanku, pandai-pandailah kau membawa diri berbuat baik di bumi mana kakimu berpijak. Selama ini aku memang menyaksikan bahwa kau telah berbuat baik, mentaati segala petuah dan nasehat kyaimu, menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, namun yang aku khawatirkan adalah, jika kau berbuat semua kebajikan itu hanyalah di tengah-tengah milliu yang baik saja, sementara ketika kau telah terjun ke dalam milliu yang berlainan, jadi berubah keadaannya. Padahal, berbuat baik itu harus bisa kau lakukan di manapun dan kapanpun. Pada saat itulah kepribadianmu akan diuji, dan di situlah kepribadianmu akan dipecat atau dipertahankan oleh dirimu sendiri atau oleh masyarakatmu dengan segala norma-normanya. Itulah yang paling aku khawatirkan. Aku takut jika derasnya gelombang kehidupan di masyarakatmu kelak akan menyeret dan menjerumuskanmu ke lembah nista. Telah kau sadari bahwa orang baik yang bertempat sampah sekalipun akan berjasa dan mulia karena ia telah menyingkirkan sampah yang mengganggu masyarakat. Namun sebaliknya, orang yang jahat sekalipun bertahta di tempat terhormat ia adalah perusak dan pengacau masyarakat. Karena ia sebetulnya adalah sampah.
Santriku…ketahuilah, bahwa kini, di abad modern ini, setan-setan dengan segala bentuk dan macamnya telah bergentayangan di mana-mana dan untuk berkawan dengan mereka, kau tak perlu belajar ataupun berlatih. Dan godaan setan itu sungguh akan memikat hatimu. Ia tidaklah akan berhenti pada sasaran tertentu, golongan tertentu, dan juga waktu serta tempat tertentu. Maka berhati-hati dan waspadalah santriku terhadap itu semua. Janganlah sekali-kali kau mengira bahwa tingginya ilmu dan jabatan seseorang akan sekali tinggi pula godaan dan rayuan setan itu. Kyai dan ulamapun tak terhindar dari obyek dan setan-setan.
Santriku… kuharap kau tak hanya bisa menerangi dirimu sendiri, tapi kau juga bisa menyinari ummatmu dengan cahaya yang memancar dari ilmu-ilmu itu. Karena sesungguhnya tiadalah berguna ilmu seseorang itu jika tak dimanfaatkan bagi dirinya dan ummatnya. Do’aku semoga kau memahami seuntai pesan-pesanku ini. Amien .